Sunday, May 19, 2013

ASKEP HIPERTENSI


BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Hipertensi adalah peninggian tekanan darah di atas normal. Ini termasuk golongan penyakit yang terjadi akibat suatu mekanisme kompensasi kardiovaskuler untuk mempertahankan metabolisme tubuh agar berfungsi normal. Apabila hipertensi tidak terkontrol akan menyebabkan kelainan pada organ-organ lain yang berhubungan dengan sistem-sistem tersebut. Semakin tinggi tekanan darah lebih besar kemungkinan timbulnya penyakit-penyakit kardiovaskuler secara premature1. Sejumlah 85-90% hipertensi tidak diketahui penyebabnya atau disebut hipertensi primer (hipertensi esensial atau idiopatik). Hanya sebagian kecil hipertensi yang dapat ditetapkan penyebabnya (hipertensi sekunder). Tidak ada data akurat mengenai prevalensi hipertensi sekunder dan sangat tergantung dimana angka itu diteliti. Diperkirakan terdapat sekitar 6% pasien hipertensi sekunder sedangkan di pusat rujukan dapat mencapai sekitar 35%. Hampir semua hipertensi sekunder didasarkan pada 2 mekanisme yaitu gangguan sekresi hormon dan gangguan fungsi ginjal. Pasien hipertensi sering meninggal dini karena komplikasi jantung (yang disebut sebagai penyakit jantung hipertensi). Juga dapat menyebabkan syok, gagal ginjal, gangguan retina mata.
Peningkatan tekanan darah yang lama dan tidak terkontrol dapat menyebakan bermacam-macam perubahan pada struktur miokardial, vaskuler koroner, dan sistem konduksi dari jantung. Perubahan ini dapat menyebabkan hipertrofi ventrikel kiri (LVH) , penyakit arteri koroner, kelainan system konduksi, dan disfungsi sistolik dan diastolic dari miokardium, yang biasanya secara klinis tampak sebagai angina atau infark miokard, aritmia (khususnya atrial fibrilasi), dan gagal jantung kongestif (CHF).
    2.1 Rumusan masalah
1.      Bagaimanakah Konsep Dasar Penyakit dari Hipertensi Heart Disease?
2.      Bagaimanakah Konsep dasar Asuhan keperawatan pada pasien  dengan Hipertensi?
3.1   Tujuan
1.      Mengetahui Konsep Dasar  Penyakit dari Hipertensi Heart Disease
2.      Mengetahui Konsep Dasar Asuhan Keperawatan pada pasien dengan  Hipertensi


BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1        Pengertian

Hipertensi di kdefinisikan oleh Joint National Committee on Detection (JNC) sebagai tekanan yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan diklasifikasikan sesuai derajat keparahannya, mempunyai rentang dari tekanan darah normal tinggi sampai hipetensi maligna. (Doengoes Mariyln E, 1999)
Klasifikasi hipertensi menurut JNC VII :


Sistolik
Diastolik
1.      Normal tensi
2.      Pre hipertensi
3.      Hipertensi tahap I
4.      hipertensi tahap II
< 130
130 – 140
140 – 160
> 160
< 80
80 – 90
90 – 100
> 100

2.2        Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi 2 golongan yaitu :
2.2.1     Hipertensi primer atau essensial yang tidak diketahui penyebabnya atau idiopatik terdapat sekitar 90% kasus dan banyak penderita tidak menunjukkan gejala atau keluhan. Berbagai hal seperti faktor genetik, aktivitas saraf simpatis, faktor hemodinamik, metabolisme natrium dalam ginjal, gangguan mekanisme pompa Na (sodium pump) dan faktor renin, angiotensin, aldosteron serta faktor yang meningkatkan resiko seperti obesitas, alkohol, merokok dan polisetimia mempunyai kaitan erat dengan peningkatan tekanan darah esensial.
2.2.2     Hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Terdapat sekitar 5% kasus. Penyebab spesifiknya diketahui seperti glomerulonefritis, penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskularrenal, hiperaldisteronisme primer, sindrom chusing, feotromositoma, koarktasioaorta, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan dan lain-lain.
2.3  Faktor Predisposisi
Faktor predioposisi penderita hipertensi meliputi :
2.3.1        Orang yang mengalami stress psikososial.
2.3.2        Kegemukan
2.3.3        Kurang olahraga
2.3.4        Perokok
2.3.5        Peminum alcohol

2.4              Patofisiologi
Pengetahuan patofisiologis hipertensi essensial sampai sekarang terus berkembang, karena belum terdapat jawaban yang memuaskan yang menerangkan terjadinya peningkatan tekanan darah. Tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung dan tahanan perifer. Beberapa faktor yang mempengaruhi peningkatan TD pada hipertensi essensial yaitu faktor genetik, aktivitas tonus simpatis, faktor hemodinamik, metabolisme Na dalam ginjal, gangguan mekanisme pompa sodium Na (sodium pump) dan faktor renin, angiotensis, aldosteron. Patofisiologi di sini lebih mengacu pada penyebabnya.
2.4.1        Faktor genetik, dibuktikan dengan banyak dijumpai pada penderita kembar monozigot apabila salah satunya menderita hipertensi.
2.4.2        Peningkatan aktivitas tonus simpatis, pada tahap awal hipertensi curah jantung meningkat, tahanan perifer normal, pada tahap selanjutnya curah jantung normal, tahanan perifer meningkat dan terjadilah refleks autoregulasi yaitu mekanisme tubuh untuk mempertahankan keadaan hemodinamik yang normal.
2.4.3        Pergeseran cairan kapiler antara sirkulasi dan intestinal dikontrol oleh hormon seperti angiotensin (vasopresin) termasuk sistem kontrol yang bereaksi cepat, sedangkan sistem kontrol yang mempertahankan TD jangka panjang diatur oleh cairan tubuh yang melibatkan ginjal.
2.4.4        Pengaruh asupan garam terjadi melalui peningkatan volume plasma, curah jantung dan TD, keadaan ini akan diikuti oleh peningkatan ekskresi kelebihan garam sehingga kembali ke keadaan hemodinamik yang normal.
2.4.5        Sistem renin, angiotensin dan aldosteron. Renin distimulasi oleh saraf simpatis yang berperan pada proses konversi angiotensin I menjadi angiotensin II yang berefek vasokontriksi. Dengan angiotensin II sekresi aldosteron akan meningkat dan menyebabkan retensi Na dan air.





2.5              Manifestasi Klinik
Peninggian tekanan darah kadang kala merupakan satu-satunya gejala pada hipertensi dan kadang-kadang berjalan tanpa gejala dan baru timbul setelah terjadi komplikasi pada ginjal, mata, otak dan jantung. Gejala lain yang sering ditemukan adalah sakit kepala, epistaksis, pusing atau migrain, marah, telinga berdengung, rasa berat di tekuk, sukar tidur, dan mata berkunang-kunang. Gejala ini akibat komplikasi hipertensi seperti gangguan penglihatan, gangguan neurologi, gejala payah jantung dan gejala lain akibat gangguan fungsi ginjal.

2.6              Penatalaksanaan Medis Umum
Didasarkan pada program perawatan bertahap (Rodman, 1991)
2.6.1        Langkah I. Tindakan-tindakan konservatif :
a.       Modifikasi diet
-          Pembatasan natrium
-          Penurunan masukan kolesterol dan lemak jenuh
-          Penurunan masukan kalori untuk mengontrol berat badan
-          Menurunkan masukan minuman beralkohol
b.      Menghentikan merokok
c.       Penatalaksanaan stres
d.      Program latihan regular untuk menurunkan berat badan
2.6.2        Langkah II. Farmakoterapi bila tindakan-tindakan konservatif gagal untuk mengontrol TD sercara adekuat. Salah satu dari berikut ini dapat digunakan.
-          diuretik
-          penyekat beta adrenergik
-          penyekat saluran kalsium
-          penghambat enzim pengubah angiotensin (ACE)
2.6.3        Langkah III Dosis obat dapat dikurangi, obat kedua dari kelas yang berbeda dapat ditambahkan atau penggantian obat lainnya dari kelas yang berbeda.
2.6.4        Langkah IV. Obat ketiga dapat ditambah atau obat kedua digantikan yang lain dari kelas yang berbeda.
2.6.5        Langkah V. Evaluasi lanjut atau rujukan pada spesialis atamu keempat dapat ditambahkan masing-masing dari kelas yang berbeda.



2.7              Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum memulai terapi bertujuan menentukan adanya kerusakan organ dan faktor resiko lain atau mencari penyebab hipertensi. Biasanya dari pemeriksaan urinalisa, darah perifer lengkap, kimia darah (K, Na, kreatinin, gula darah puasa, kolesterol, HDI) dapat dilakukan pemeriksaan lain seperti Klirens kreatinin, protein urin 24 jam, asam urat, kolesterol LDL, TSH dan EKG.


BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1              Pengkajian
Dasar pengkajian pasien meliputi :
a.       Aktivitas atau istirahat
Kelemahan, letih, napas pendek, frekuensi jantung tinggi, takipnea, perubahan irama jantung.
b.      Sirkulasi
Riwayat hipertensi, ateroslerosis, penyakit serebvaskuler, kenaikan tekanan darah, takikardi, distritmia, kulit pucat, cianosis, diaforesis.
c.       Integritas ego
Perubahan kepribadian, ansietas, depresi atau marah kronik, gelisah, tangisan yang meledak, gerak tangan empati, otot muka tegang, pernafasan maligna, peningkatan pola bicara.
d.      Eliminasi
Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu seperti infeksi, obstruksi atau riwayat penyakit ginjal.
e.       Makanan atau cairan
Makanan yang disukai (tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterolk, mual dan muntah, perubahan berat badan, obsesitas, adanya edema.
f.       Neurosensori
Pusing, sakit kepala, gangguan penglihatan, perubahan keterjagaan, orientasi pola atau isi bicara, proses pikir atau memori (ingatan), respon motorik (penurunan kekuatan gangguan tangan), perubahan retinal optik.
g.      Nyeri atau ketidaknyamanan
Angina, nyeri hilang atau timbul pada tungkai atau klaudikasi, sakit kepala, nyeri abdomen.
h.      Pernafasan
Dispnea, takipnea, ortopnea, dispnea noktural paroksisimal, riwayat merokok, batuk dengan atamu tanpa sputum, distress respirasi atau penggunaan otot aksesori pernafasan, bunyi nafas tambahan, cianosis.


Prioritas perawatan :
1.      Mempertahankan atau meningkatkan fungsi kardiovaskuler.
2.      Mencegah komplikasi.
3.      Memberikan informasi tentang proses atau prognosos dan program pengobatan.
4.      Mendukung kontrol aktif terhadap kondisi.

3.2              Diagnosa Keperawatan
a.       Gangguan rasa nyaman nyeri atau sakit kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskular serebral.
b.      Intoleransi aktivitas sehubungan dengan kelemahan fisik.
c.       Gangguan perubahan pola nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan berlebihan kebutuhan metabolik.
d.      Resiko tinggi terhadap penurunan jantung sehubungan dengan peningkatan afterload vasokontriksi.

3.3              Intervensi
a.       Dx 1. Gangguan rasa nyaman, nyeri atau sakit kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskular serebral.
Kriteria hasil     :    -    pasien akan melaporkan nyeri hilang atau terkontrol
                               -    pasien akan mengungkapkan metode yang memberikan pengurangan
                               -    pasien akan mengikuti regimen farmakologi yang diresepkan
Intervensi :
1.      Mempertahankan tirah baring selama fase akut.
Rasional      :    meminimalkan stimulasi atau meningkatkan relaksasi.
2.      Memberi tindakan non farmakologis untuk menghilangkan sakit kepala (kompres dingin, tehnik relaksasi)
Rasional      :    tindakan yang menurunkan tekanan vaskular serebral dan yang memperlambat respon simpatis efektif menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya.
3.      Meminimalkan aktivitas vasokontriksi yang meningkatkan sakit kepala (mengejan saat BAB, batuk dan membungkuk)
Rasional      :    aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit kepala pada adanya peningkatan tekanan vaskular serebral.
4.      Kolaborasi dokter dengan pemberian analgesik
Rasional      :    menurunkan atau mengontrol nyeri dan menurunkan rangsang sistem saraf simpatis.
b.      Dx 2. Intoleransi aktivitas sehubungan dengan kelemahan fisik
Kriteria hasil     :    -    pasien akan berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan
                               -    pasien akan melaporkan peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur
                               -    pasien akan menuju penurunan tanda-tanda intoleransi fisiologi
Intervensi :
1.      Kaji respon pasien terhadap aktivitas
Rasional      :    menyebutkan parameter membantu mengkaji respon fisiologi terhadap stress aktivitas dan bila ada merupakan indikator dari kelebihan kerja yang berkaitan dengan tingkat aktivitas.
2.      Instruksikan pasien tentang tehnik penghematan energi (duduk saat gosok gigi, atau menyisir rambut) dan melakukan aktivitas perlahan.
Rasional      :    membantu antara suplai dan kebutuhan O2
3.      Dorong untuk beraktivitas atau melakukan perawatan diri bertahap.
Rasional      :    kemajuan aktivitas mencegah peningkatan kerja jantung tiba-tiba.
c.       Dx 3. Gangguan pola nutrisi sehubungan dengan lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan berlebihan kebutuhan metabolik.
Kriteria hasil     :    -    pasien akan mengidentifikasi hubungan hipertensi dan kegemukan
                               -    pasien akan menunjukkan perubahan pola makan
                               -    pasien akan melakukan olahraga yang tepat rasional
Intervensi :
1.      Kaji pemahaman pasien tentang hubungan antara hipertensi dengan kegemukan
Rasional      :    kegemukan adalah resiko tekanan darah tinggi karena disproporsi antara kapasitas norta dan peningkatan curah jantung berkaitan erat dengan peningkatan massa tubuh.
2.      Bicara tentang pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi lemak, garam, gula sesuai indikasi.
Rasional      :    kesalahan kebiasaan makan menunjang terjadinya ateroskerosis dan kegemukan merupakan predisposisi untuk hipertensi dan komplikasinya.
3.      Tetapkan keinginan pasien untuk menurunkan berat badan.
Rasional      :    motivasi untuk penurunan berat badan adalah intern individu harus berkeinginan untuk menurunkan berat badan agar program berhasil.
4.      Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet
Rasional      :    mengidentifikasi kekuatan atau kelemahan dalam program diit terakhir, membantu menentukan kebutuhan individu untuk penyesuaian atau penyuluhan.
d.      Dx 4. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung sehubungan dengan peningkatan afterload vasokontriksi
Kriteria hasil     :    -    pasien berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan beban yang dapat diterima.
                               -    pasien memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil dalam rengtang normal.
Intervensi :
1.      Pantau tekanan darah untuk evaluasi awal
Rasional      :    perbandingan tekanan memberikan gambaran tentang keterlibatan atau bidang masalah vaskular.
2.      Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer
Rasional      :    denyut karoitis, jugularis, radialis dan femoralis dap terpalpasi sedangkan denyut tungkai mungkin menurun.
3.      Akultasi tonus jantung dan bunyi nafas
Rasional      :    S4 terdengar pada pasien hipertensi berat karena ada hipertropi atrium (peningkatan volume atau tekanan atrium) perkembangan S3 menunjukkan hipertropi ventrikel dan kerusakan fungsi.

3.4       Implementasi
            Implementasi di tegakkan berdasarkan jumlah intervensi yang ada.