Wednesday, April 10, 2013

ASKEP VARISELA


­­­­­VARISELA

A. KONSEP MEDIS

1.   Definisi
Varisela berasal dari bahasa latin, Varicella. Di Indonesia penyakit ini dikenal dengan istilah cacar air, sedangkan di luar negeri terkenal dengan nama Chicken – pox.
Varisela adalah Penyakit Infeksi Menular yang disebabkan oleh virus Varicella Zoster, ditandai oleh erupsi yang khas pada kulit.
Varisela atau cacar air merupakan penyakit yang sangat menular yang disebabkan oleh virus Varicella Zoster dengan gejala-gejala demam dan timbul bintik-bintik merah yang kemudian mengandung cairan.

2.   Etiologi
Virus Varicella Zoster, termasuk Famili Herpes Virus.

3.   Patofisiologi
Menyebar Hematogen.
Virus Varicella Zoster juga menginfeksi sel satelit di sekitar Neuron pada ganglion akar dorsal Sumsum Tulang Belakang. Dari sini virus bisa kembali menimbulkan gejala dalam bentuk Herpes Zoster.
Sekitar 250 – 500 benjolan akan timbul menyebar diseluruh bagian tubuh, tidak terkecuali pada muka, kulit kepala, mulut bagian dalam, mata , termasuk bagian tubuh yang paling intim. Namun dalam waktu kurang dari seminggu , lesi teresebut akan mengering dan bersamaan dengan itu terasa gatal. Dalam waktu 1 – 3 minggu bekas pada kulit yang mengering akan terlepas.
Virus Varicella Zoster penyebab penyakit cacar air ini berpindah dari satu orang ke orang lain melalui percikan ludah yang berasal dari batuk atau bersin penderita dan diterbangkan melalui udara atau kontak langsung dengan kulit yang terinfeksi.
Virus ini masuk ke tubuh manusia melalui paru-paru dan tersebar kebagian tubuh melalui kelenjar getah bening.
Setelah melewati periode 14 hari virus ini akan menyebar dengan pesatnya ke jaringan kulit. Memang sebaiknya penyakit ini dialami pada masa kanak-kanak dan pada kalau sudah dewasa. Sebab seringkali orang tua membiarkan anak-anaknya terkena cacar air lebih dini.
Varicella pada umumnya menyerang anak-anak ; dinegara-negara  bermusin empat, 90% kasus varisela terjadi sebelum usia 15 tahun. Pada anak-anak , pada umumnya penyakit ini tidak begitu berat.
Namun di negara-negara tropis, seperti di Indonesia, lebih banyak remaja dan orang dewasa yang terserang Varisela. Lima puluh persen kasus varisela terjadi diatas usia 15 tahun. Dengan demikian semakin bertambahnya usia pada remaja dan dewasa, gejala varisela semakin bertambah berat.

4.   Sign / Symtoms
- Diawali dengan gejala melemahnya kondisi tubuh.
- Pusing.
- Demam dan kadang – kadang diiringi batuk.
- Dalam 24 jam timbul bintik-bintik yang berkembang menjadi lesi (mirip kulit yang terangkat karena terbakar).
- Terakhir menjadi benjolan – benjolan kecil berisi cairan.
Sebelum munculnya erupsi pada kulit, penderita biasanya mengeluhkan adanya rasa tidak enak badan, lesu, tidak nafsu makan dan sakit kepala. Satu atau dua hari kemudian, muncul erupsi kulit yang khas.
Munculnya erupsi pada kulit diawali dengan bintik-bintik berwarna kemerahan (makula), yang kemudian berubah menjadi papula (penonjolan kecil pada kulit), papula kemudian berubah menjadi vesikel (gelembung kecil berisi cairan jernih) dan akhirnya cairan dalam gelembung tersebut menjadi keruh (pustula). Bila tidak terjadi infeksi, biasanya pustel akan mengering tanpa meninggalkan abses.

5.   Komplikasi
Komplikasi Tersering secara umum :
a.       Pnemonia
b.       Kelainan ginjal.
c.       Ensefalitis.
d.      Meningitis.
Komplikasi yang langka :
a.       Radang sumsum tulang.
b.       Kegagalan hati.
c.       Hepatitis.
d.      Sindrom Reye.
Komplikasi yang biasa terjadi pada anak-anak hanya berupa infeksi varisela pada kulit, sedangkan pada orang dewasa kemungkinan terjadinya komplikasi berupa radang pari-paru atau pnemonia 10 – 25 lebih tinggi dari pada anak-anak..

6.   Treatment
Karena umumnya bersifat ringan, kebanyakan penderita tidak memerlukan terapi khusus selain istirahat dan pemberian asupan cairan yang cukup. Yang justru sering menjadi masalah adalah rasa gatal yang menyertai erupsi. Bila tidak ditahan-tahan , jari kita tentu ingin segera menggaruknya. Masalahnya,bila sampai tergaruk hebat, dapat timbul jaringan parut pada bekas gelembung yang pecah. Tentu tidak menarik untuk dilihat.

·         Umum
1.      Isolasi untuk mencegah penularan.
2.      Diet bergizi tinggi (Tinggi Kalori dan Protein).
3.      Bila demam tinggi, kompres dengan air hangat.
4.      Upayakan agar tidak terjadi infeksi pada kulit, misalnya pemberian antiseptik pada air mandi.
5.      Upayakan agar vesikel tidak pecah.
-          Jangan menggaruk vesikel.
-          Kuku jangan dibiarkan panjang.
-          Bila hendak mengeringkan badan, cukup tepal-tepalkan handuk pda kulit, jangan digosok.
Farmakoterapi
1.      Antivirus dan Asiklovir
Biasanya diberikan pada kasus-kasus yang berat, misalnya pada penderita leukemia atau penyakit-penyakit lain yang melemahkan daya tahan tubuh.
2.      Antipiretik dan untuk menurunkan demam
-          Parasetamol atau ibuprofen.
-          Jangan berikan aspirin pda anak anda, pemakaian aspirin pada infeksi virus (termasuk virus varisela) telah dihubungkan dengan sebuah komplikasi fatal, yaitu Syndrom Reye.
3.      Salep antibiotika = untuk mengobati ruam yang terinfeksi.
4.      Antibiotika = bila terjadi komplikasi pnemonia atau infeksi bakteri pada kulit.
5.      Dapat diberikan bedak atau losio pengurang gatal (misalnya losio kalamin).
Pencegahan :
1.      Hindari kontak dengan penderita.
2.      Tingkatkan daya tahan tubuh.
3.      Imunoglobulin Varicella Zoster
-          Dapat mencegah (atau setidaknya meringankan0 terjadinya cacar air. Bila diberikan dalam waktu maksimal 96 jam sesudah terpapar.
-          Dianjurkan pula bagi bayi baru lahir yang ibunya menderita cacar iar beberapa saat sebelum atau sesudah melahirkan.


B.   KONSEP KEPERAWATAN
1.   Pengkajian
Data subjektif : pasien merasa lemas, tidak enak badan, tidak nafsu makan dan sakit kepala.
Data Objektif :
a. Integumen   : kulit hangat, pucat.
                         adanya bintik-bintik kemerahan pda kulit yang berisi cairan jernih.
b. Metabolik   : peningkatan suhu tubuh.
c. Psikologis    : menarik diri.
d. GI               : anoreksia.
e. Penyuluhan / pembelajaran : tentang perawatan luka varicela.
2.   Diagnosa Keperawatan
a. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan kulit.
b. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan erupsi pada kulit.
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dnegan kurangnya intake makanan.
d. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan luka pada kulit.
e. Kurang pengetahuan tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan.

3.   Intervensi
1)    Diagnosa 1
a. Tujuan   : mencapai penyembuhan luka tepat waktu dan tidak demam.
b. Intervensi
- Tekankan pentingnya teknik cuci tangan yang baik untuk semua individu yang datang kontak dnegan pasien.
Rasional : mencegah kontaminasi silang, menurunkan resiko infeksi.
-          Gunakan skort, sarung tangan, masker dan teknik aseptic, selama perawatan kulit.
Rasional : mencegah masuknya organisme infeksius.
-        Awasi atau batasi pengunjung bila perlu.
     Rasional : mencegah kontaminasi silang dari pengunjung.
-        Cukur atau ikat rambut di sekitar daerah yang terdapat erupsi.
Rasional : rambut merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri.
-        Bersihkan jaringan nekrotik / yang lepas (termasuk pecahnya lepuh)
     Rasional : meningkatkan penyembuhan.
-        Awasi tanda vital
     Rasional : Indikator terjadinya infeksi.

2)    Diagnosa 2
a. Tujuan   : mencapai penyembuhan tepat waktu dan adanya regenerasi jaringan.
b. Intervensi        
- Pertahankan jaringan nekrotik dan kondisi sekitar luka.
Rasional : mengetahui keadaan integritas kulit.
-  Berikan perawatan kulit
Rasional : menghindari gangguan integritas kulit.


3)   Diagnosa 3
a. Tujuan   : terpenuhinya kebutuhan nitrisi sesuai dengan kebutuhan.
b. Intervensi
-    Berikan makanan sedikit tapi sering.
Rasional :  membantu mencegah distensi gaster/ ketidaknyamanan dan meningkatkan pemasukan.
-          Pastikan makanan yang disukai/tidak disukai. Dorong orang terdekat untuk membawa makanan dari rumah yang tepat.
Rasional : meningkatkan partisipasi dalam perawatan dan dapat memperbaiki pemasukan.

4)      Diagnosa 4
a. Tujuan   : pasien dapat menerima keadaan tubuhnya.
b. Intervensi
- Bantu memaksimalkan kemampuan yang dimiliki pasien saat ini.
  Rasional : memanfaatkan kemampuan dapat menutupi kekurangan.
-    Eksplorasi aktivitas baru yang dapat dilakukan.
  Rasional : memfasilitasi dengan memanfaatkan keletihan.

5)      Diagnosa 5
a. Tujuan   : adanya pemahaman kondisi dan kebutuhan pengobatan.
b. Intervensi
- Diskusikan perawatan erupsi pada kulit.
Rasional : meningkatkan kemampuan perawatan diri dan menngkatkan kemandirian.

4.   Implementasi
1) Diagnosa 1
a. Menekankan pentingnya teknik cuci tangan yang baik untuk semua individu yang datang kontak dengan pasien.
b. Menggunakan skort,masker, sarung tangan dan teknik aseptik selama perawatan luka.
c.    Mengawasi atau membatasi pengunjung bila perlu.
d.   Mencukur atau mengikat rambut disekitar daerah yang terdapat erupsi.
e.    Membersihkan jaringan mefrotik.yang lepas (termasuk pecahnya lepuh).
f.    Mengawasi tanda vital.

2)   Diagnosa 2
a. Memperhatikan jaringan nekrotik dan kondisi sekitar luka.
b. Memberikan perawatan kulit.

3). Diagnosa 3
a.    Memberikan makanan sedikit tapi sering.
b. Memastikan makanan yang disukai/tidak disukai , dorong orang terdekat untuk membawa makanan dari rumah yang tepat.

4)   Diagnosa 4
a. Membantu memaksimalkan kemampuan yang dimiliki pasien saat ini.
b. Mengeksplorasi aktivitas baru yang dapat dilakukan.

5)   Diagnosa 5
a. Mendiskusikan perawatan erupsi pada kulit.

5.   Evaluasi
Evaluasi disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai dalam intervensi.


DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marilynn. E,.(1999). Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.EGC : Jakarta.

Tarwoto dan Wartonah. (2000). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Salemba Medika : Jakarta.



ASKEP UROLITHIASIS


TINJAUAN PUSTAKA

KONSEP DASAR urolithiasis

Pengertian
Urolithiasis adalah suatu keadaan terjadinya penumpukan oksalat, calculi (batu ginjal) pada ureter atau pada daerah ginjal. Urolithiasis terjadi bila batu ada di dalam saluran perkemihan. Batu itu sendiri disebut calculi. Pembentukan batu mulai dengan kristal yang terperangkap di suatu tempat sepanjang saluran perkemihan yang tumbuh sebagai pencetus larutan urin. Calculi bervariasi dalam ukuran dan dari fokus mikroskopik sampai beberapa centimeter dalam diameter cukup besar untuk masuk dalam velvis ginjal. Gejala rasa sakit yang berlebihan pada pinggang, nausea, muntah, demam, hematuria. Urine berwarna keruh seperti teh atau merah.

Faktor – faktor yang mempengaruhi pembentukan batu
a.         Faktor Endogen
Faktor genetik, familial, pada hypersistinuria, hiperkalsiuria dan hiperoksalouria.

b.         Faktor Eksogen
Faktor lingkungan, pekerjaan, makanan, infeksi dan kejenuhan mineral dalam air minum.

c.         Faktor lain
a)         Infeksi
Infeksi Saluran Kencing (ISK) dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan akan menjadi inti pembentukan Batu Saluran Kencing (BSK) Infeksi bakteri akan memecah ureum dan membentuk amonium yang akan mengubah pH Urine menjadi alkali.

b)        Stasis dan Obstruksi Urine
Adanya obstruksi dan stasis urine akan mempermudah Infeksi Saluran Kencing.

c)         Jenis Kelamin
Lebih banyak terjadi pada laki-laki dibanding wanita dengan perbandingan 3 : 1

d)        Ras
Batu Saluran Kencing lebih banyak ditemukan di Afrika dan Asia.

e)         Keturunan
Anggota keluarga Batu Saluran Kencing lebih banyak mempunyai kesempatan

f)         Air Minum
Memperbanyak diuresis dengan cara banyak minum air akan mengurangi kemungkinan terbentuknya batu, sedangkan kurang minum menyebabkan kadar semua substansi dalam urine meningkat.

g)        Pekerjaan
Pekerja keras yang banyak bergerak mengurangi kemungkinan terbentuknya batu dari pada pekerja yang lebih banyak duduk.

h)        Suhu
Tempat yang bersuhu panas menyebabkan banyak mengeluarkan keringan.

i)          Makanan
Masyarakat yang banyak mengkonsumsi protein hewani angka morbiditas Batu Saluran Kencing berkurang. Penduduk yang vegetarian yang kurang makan putih telur lebih sering menderita Batu Saluran Kencing (buli-buli dan Urethra).

Patogenesis
Sebagian besar Batu Saluran Kencing adalah idiopatik, bersifat simptomatik ataupun asimptomatik.

Teori Terbentuknya Batu
a.         Teori Intimatriks
Terbentuknya Batu Saluran Kencing memerlukan adanya substansi organik Sebagai inti. Substansi ini terdiri dari mukopolisakarida dan mukoprotein A yang mempermudah kristalisasi dan agregasi substansi pembentukan batu.
b.         Teori Supersaturasi
Terjadi kejenuhan substansi pembentuk batu dalam urine seperti sistin, santin, asam urat, kalsium oksalat akan mempermudah terbentuknya batu.
c.         Teori Presipitasi-Kristalisasi
Perubahan pH urine akan mempengaruhi solubilitas substansi dalam urine. Urine yang bersifat asam akan mengendap sistin, santin dan garam urat, urine alkali akan mengendap garam-garam fosfat.
d.        Teori Berkurangnya Faktor Penghambat
Berkurangnya Faktor Penghambat seperti peptid fosfat, pirofosfat, polifosfat, sitrat magnesium, asam mukopolisakarida akan mempermudah terbentuknya Batu Saluran Kencing.

PENGKAJIAN DATA DASAR
1.         Riwayat atau adanya faktor resiko
a.         Perubahan metabolik atau diet
b.         Imobilitas lama
c.         Masukan cairan tak adekuat
d.        Riwayat batu atau Infeksi Saluran Kencing sebelumnya
e.         Riwayat keluarga dengan pembentukan batu

2.         Pemeriksaan fisik berdasarka pada survei umum dapat menunjukkan :
a.         Nyeri. Batu dalam pelvis ginjal menyebabkan nyeri pekak dan konstan. Batu ureteral menyebabkan nyeri jenis kolik berat dan hilang timbul yang berkurang setelah batu lewat.
b.         Mual dan muntah serta kemungkinan diare
c.         Perubahan warna urine atau pola berkemih, Sebagai contoh, urine keruh dan bau menyengat bila infeksi terjadi, dorongan berkemih dengan nyeri dan penurunan haluaran urine bila masukan cairan tak adekuat atau bila terdapat obstruksi saluran perkemihan dan hematuri bila terdapat kerusakan jaringan ginjal

3.         Pemeriksaan Diagnostik
a.         Urinalisa : warna : normal kekuning-kuningan, abnormal merah menunjukkan hematuri (kemungkinan obstruksi urine, kalkulus renalis, tumor,kegagalan ginjal). pH : normal 4,6 – 6,8 (rata-rata 6,0), asam (meningkatkan sistin dan batu asam urat), alkali (meningkatkan magnesium, fosfat amonium, atau batu kalsium fosfat), Urine 24 jam : Kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat, atau sistin mungkin meningkat), kultur urine menunjukkan Infeksi Saluran Kencing , BUN hasil normal 5 – 20 mg/dl tujuan untuk memperlihatkan kemampuan ginjal untuk mengekskresi sisa yang bemitrogen. BUN menjelaskan secara kasar perkiraan Glomerular Filtration Rate. BUN dapat dipengaruhi oleh diet tinggi protein, darah dalam saluran pencernaan status katabolik (cedera, infeksi). Kreatinin serum hasil normal laki-laki 0,85 sampai 15mg/dl perempuan 0,70 sampai 1,25 mg/dl tujuannya untuk memperlihatkan kemampuan ginjal untuk mengekskresi sisa yang bemitrogen. Abnormal (tinggi pada serum/rendah pada urine) sekunder terhadap tingginya batu obstruktif pada ginjal menyebabkan iskemia/nekrosis.
b.         Darah lengkap : Hb, Ht, abnormal bila pasien dehidrasi berat atau polisitemia.
c.         Hormon Paratyroid mungkin meningkat bila ada gagal ginjal (PTH merangsang reabsorbsi kalsium dari tulang, meningkatkan sirkulasi serum dan kalsium urine.
d.        Foto Rontgen : menunjukkan adanya calculi atau perubahan anatomik pada area ginjal dan sepanjang uriter.
e.         IVP : memberikan konfirmasi cepat urolithiasis seperti penyebab nyeri abdominal atau panggul. Menunjukkan abnormalitas pada struktur anatomik (distensi ureter).
f.          Sistoureteroskopi : visualisasi kandung kemih dan ureter dapat menunjukkan batu atau efek ebstruksi.
g.         USG Ginjal : untuk menentukan perubahan obstruksi dan lokasi batu.

Penatalaksanaan
a.         Menghilangkan Obstruksi
b.         Mengobati Infeksi
c.         Menghilangkan rasa nyeri
d.        Mencegah terjadinya gagal ginjal dan mengurangi kemungkinan terjadinya rekurensi.
Komplikasi
a.         Obstruksi Ginjal
b.         Perdarahan
c.         Infeksi
d.        Hidronefrosis

Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
1.         Gangguan rasa nyaman (nyeri pada daerah pinggang) berhubungan dengan cedera jaringan sekunder terhadap adanya batu pada ureter atau pada ginjal
2.         Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan adanya obstruksi (calculi) pada renal atau pada uretra.
3.         Kecemasan berhubungan dengan kehilangan status kesehatan.
4.         Kurangnya pengetahuan tentang sifat penyakit, tujuan tindakan yang diprogramkan dan pemeriksaan diagnostik berhubungan dengan kurangnya informasi.


II.       PERENCANAAN TINDAKAN PERAWATAN


TGL
Diagnosa Keperawatan/Data Penunjang
TUJUAN/KRITERIA
RENCANA TINDAKAN
rasional
NAMA PERAWAT / MAHASISWA
1 April 2002
Gangguan rasa nyaman (nyeri pada daerah pinggang) berhubungan dengan cedera jaringan sekunder terhadap adanya batu pada ureter atau pada ginjal
Data Penunjang :
-            Kolik yang berlebihan
-            Lemes, mual, muntah, keringat dingin
-            Pasien gelisah
Tujuan :
Rasa sakit dapat diatasi/hilang
Kriteria :
-            Kolik berkurang/hilang
-            Pasien tidak mengeluh nyeri
-            Dapat beristirahat dengan tenang
-            Kaji intensitas, lokasi dan tempat/area serta penjalaran dari nyeri.


-            Observasi adanya abdominal pain

-            Kaji adanya keringat dingin, tidak dapat istirahat dan ekspresi wajah.
-            Jelaskan kepada pasien penyebab dari rasa sakit/nyeri pada daerah pinggang tersebut.
-            Anjurkan pasien banyak minum air putih 3 – 4 liter perhari selama tidak ada kontra indikasi.
-            Berikan posisi dan lingkungan yang tenang dan nyaman.
-            Ajarkan teknik relaksasi, teknik distorsi serta guide imagine
-            Kolaborasi dengan tim dokter :
·           Pemberian Cairan Intra Vena


·           Pemberian obat-obatan Analgetic, Narkotic atau Anti Spasmodic.


-            Observasi tanda-tanda vital sebelum dan sesudah pemberian obat-obat Narkotic, Analgetic dan Anti Spasmodic.
-            Peningkatan nyeri adalah indikatif dari obstruksi, sedangkan nyeri yang hilang tiba-tiba menunjukkan batu bergerak. Nyeri dapat menyebabkan shock.
-            Kemungkinan adanya penyakit/komplikasi lain.
-            Kemungkinan salah satu tanda shock

-            Memberikan informasi tentang penyebab dari rasa sakit/nyeri pada daerah pinggang tersebut.
-            Cairan membantu membesihkan ginjal dandapat mengeluarkan batu kecil.

-            Untuk mengurangi sumber stressor

-            Untuk mengurangi/menghilang kan nyeri tanpa obat-obatan

·           Untuk memudahkan pemberian obat serta pemenuhan cairan bila mual, muntah dan keringat dingin terjadi.
·           Analgetik memblok lintasan nyeri sehingga mengurangi nyeri/kolik yang berlebihan

-            Untuk mengetahui efek samping yang tidak diharapkan dari pemberian obat-obatan tersebut.





























S  u  b  h  a  n

2 April 2002.
Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan adanya obstruksi (calculi) pada renal atau pada uretra.
Data Penunjang :
Urine out put < 30 cc per jam
Daerah perifer dingin pucat
TD < 100/70 mmHg,
HR > 120 X/mt,
RR > 28 X/mt.
Pengisian kapiler > 3 detik
Tujuan :
Gangguan perfusi dapat diatasi
Kriteria :
-            Produksi urine 30 – 50 cc perjam.
-            Perifer hangat
-            Tanda-tanda vital dalam batas normal :
·           Sistolik 100 – 140 mmHg.
·           Diastolik 70 – 90 mmHg.
·           Nadi 60 – 100 X/mt
·           Pernafasan 16 – 24 X/mt
-            Pengisian kapiler < 3 detik
-            Observasi tanda-tanda vital (nadi, tekanan darah dan pernafasan).
-            Observasi Produksi urine setiap jam.

-            Observasi perubahan tingkat kesadaran.
-            Kolaborasi dengan tim kesehatan:
·           Pemeriksaan laboratorium : kadar ureum/kreatinin, Hb, urine HCT.
·           Pemberian diet rendah protein, rendah kalsium dan posfat
·           Pemberian ammonium chloride dan mandelamine.
-            Untuk mendeteksi dini terhadap masalah
-            Untuk mendeteksi dini terhadap masalah
-            Untuk mendeteksi dini terhadap masalah
·           Untuk mendeteksi dini terhadap masalah
·           Untuk mencegah/ mengurangi masalah
·           Untuk mencegah/ mengurangi masalah


















S  u  b  h  a  n

3 April 2002.
Kecemasan berhubungan dengan kehilangan status kesehatan.
Data Penunjang :
-            Ekspresi wajah tegang, gelisah, tidak bisa tidur.
-            Tidak kooperatif dalam pengobatan.
-            HR = 125 X/mt
Tujuan :
Rasa cemas dapat diatasi/berkurang.
Kriteria :
-            Pasien dapat nenyatakan kecemasan yang dirasakan.
-            Pasien dapat beristirahat dengan tenang.
-            Nadi dalam batas normal.
-            Ekspresi wajah ceria/rileks.
-            Berikan dorongan terhadap tiap-tiap proses kehilangan status kesehatan yang timbul.
-            Berikan privacy dan lingkungan yang nyaman.
-            Batasi staf perawat/petugas kesehatan yang menangani pasien.
-            Observasi bahasa non verbal dan bahasa verbal dari gejala-gejala kecemasan.
-            Temani pasien bila gejala-gejala kecemasan timbul.
-            Berikan kesempatan bagi pasien untuk mengekspresikan perasaannya .

-            Hindari konfrontasi dengan pasien.
-            Berikan informasi tentang program pengobatan dan hal-hal lain yang mencemaskan pasien.
-            Lakukan intervensi keperawatan dengan hati-hati dan lakukan komunikasi terapeutik.
-            Anjurkan pasien istirahat sesuai dengan yang diprogramkan.
-            Berikan dorongan pada pasien bila sudah dapat merawat diri sendiri untuk meningkatkan harga dirinya sesuai dengan kondisi penyakit.
-            Hargai setiap pendapat dan keputusan pasien.
-            Untuk mengurangi rasa cemas


-            privacy dan lingkungan yang nyaman dapat mengurangi rasa cemas.
-            Untuk dapat lebih memberikan ketenangan.
-            Untuk mendeteksi dini terhadap masalah
-            Untuk mengurangi rasa cemas

-            Kemampuan pemecahan masalah pasien meningkat bila lingkungan nyaman dan mendukung diberikan.
-            Untuk mengurangi ketegangan pasien
-            Informasi yang diberikan dapat membantu mengurangi kecemasan/ansietas
-            Untuk menghindari kemungkinan yang tidak diinginkan

-            Untuk mengurangi ketegangan dan kecemasan pasien
-            Untuk mengurangi ketergantungan pasien


-            Untuk meningkatkan harga diri pasien.




























S  u  b  h  a  n

4 April 2002.
Kurangnya pengetahuan tentang sifat penyakit, tujuan tindakan yang diprogramkan dan pemeriksaan diagnostik berhubungan dengan kurangnya informasi.
Data Penunjang :
-            Pasien menyatakan belum memahami tentang penyakitnya.
-            Pasien bertanya-tanya tentang proses penyakit dan pengobatan.
-            Pasien kurang kooperatif dalam program pengobatan
Tujuan :
Pengetahuan pasien tentang penyakitnya meningkat
Kriteria
-            Pasien dapat menjelaskan kembali tentang sifat penyakit, tujuan tindakan yang diprogramkan dan pemeriksaan diagnostik.
-            Pasien tidak bertanya lagi tentang keadaan penyakit dan program pengobatannya.
-            Pasien kooperatif dalam program pengobatan.
-            Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga tentang penyakit dan pengobatannya.
-            Berikan penjelasan tentang penyakit, tujuan pengobatan dan program pengobatan.
-            Berikan kesempatan pasien dan keluarga untuk mengekspresikan perasaannya dan mengajukan pertanyaan terhadap hal-hal yang belum dipahami.
-            Diskusikan pentingnya banyak minum air putih 3 – 4 liter perhari selama tidak ada kontra indikasi.

-            Diskusikan tentang pentingnya diet rendah protein, rendah kalsium dan posfat.
-            Batasi aktifitas fisik yang berat.
-            Pengetahuan membantu mengembangkan kepatuhan pasien dan keluarga terhadap rencana terapeutik
-            Untuk menambah pengetahuan pasien


-            Meningkatkan kemampuan pasien untuk memecahkan masalah



-            Untuk menambah pengetahuan pasien bahwa cairan dapat membantu pembersihan ginjal dan dapat mengeluargan batu kecil
-            Untuk menambah pengetahuan pasien dan mencegah kekambuhan

-            Untuk mencegah kekambuhan


















S  u  b  h  a  n



DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Linda Jual. (1995). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan (terjemahan). PT EGC. Jakarta.

Doenges, et al. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan (terjemahan). PT EGC. Jakarta.

Engram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Volume I (terjemahan). PT EGC. Jakarta.

Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah. Volume I. (terjemahan).Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran. Bandung.

Soeparman. (1990). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. FKUI. Jakarta.