SEPULUH ATURAN TERBAIK
PEMBERIAN OBAT SECARA AMAN
Sebagai seorang perawat kita sebaiknya sadar akan faktor-faktor
penyulit dalam pemberian obat di rumah sakit saat ini. Sebagai contoh, kita
mempunyai kesulitan mengingat sejumlah besar kegunaan obat ataupun efek
sampingnya. Sedangkan kita dibebani banyak tanggung jawab dalam waktu yang
singkat. Kita di rumah sakit mempunyai resiko tanggung jawab secara legal bila
ada kesalahan dalam pemberian obat.
Meskipun pemberian obat merupakan salah satu masalah dalam tanggung
jawab perawat, kita berharap ada pedoman-pedoman tertentu yang dapat
menghindarkan kita dari suatu resiko kesalahan. Penulis (Kathleen Mc.Gowen, RN,
BSN) menyebut pedoman tersebut sebagai “10 Aturan Terbaik Dalam Pemberian
Obat”.
Untuk melengkapi makalah ini, kami akan mulai membahas mengenai :
1. Nama, Klasifikasi dan Type
Obat
a. Nama
Satu jenis obat mempunyai beberapa macam nama : nama generik,
official name, nama kimia dan nama dagang. Nama generik diberikan sebelum obat
menjadi official. Nama official diberikan setelah dikemas dan sebelum obat
dipublikasikan. Nama kimia berdasarkan kandungan zat kimia pada obat yang
bersangkutan. Nama dagang adalah nama yang diberikan oleh perusahaan yang
membuatnya. Sebagai contoh, obat hydrochlorothiazide (nama official) dikenal
dengan nama dagang Esidrix.
b. Klasifikasi
Obat-obat diklasifikasikan menurut kegunaan, komposisi dan efek
sampingnya.
c. Macam Penggunaan/Type Obat
Obat dapat diberikan melalui beberapa cara antara lain oral,
parenteral, sublingual, dan sebagainya.
2. Langka-Langka Pemberian Obat
Lima langka dalam pemberian obat :
a. Identifikasi pasien
Di rumah sakit biasanya sebelum obat diberikan, perawat harus
mengidentifikasi nama pasien, memberi nomor untuk mencegah kesalahan, kemudian
menanyakan kembali nama pasien atau menyebutkan dengan jelas nama pasien
selanjutnya mendengarkan respon pasien sebelum obat diberikan.
b. Pemberian obat
Penting untuk memberikan obat secara benar. Instruksi dan daftar
pengobatan harus dibaca secara hati-hati serta dicek kembali nama obat dan
keberadaanya di tempat obat pasien. Pengobatan harus diberikan dengan dosis dan
cara yang benar.
c. Intervensi perawat
Pasien membutuhkan pertolongan saat menerima pengobatan. Bantuan
fisik sebagai contoh : memberikan posisi yang nyaman sebelum penyuntikan intra
muskuler atau penjelasan tentang pengobatan dan petunjuk pemakaian obat yang
efektif dan cara mencegah komplikasi.
d. Pencatatan
Pencatatan harus dilakukan secara lengkap dalam status pasien. Hal
yang dicatat adalah : nama obat, dosis, cara pemberian dan data spesifik yang
berhubungan dengan pemberian obat seperti denyut nadi harus diobservasi setelah
pemberian obat digital. Pencatatan juga meliputi waktu pemberian dan yang
terpenting adalah nama jelas dan tanda tangan perawat yang memberikan.
e. Evaluasi respon pasien
Respon terhadap pengobatan dapat diobservasi secara langsung pada
pemberian intra vena, 10 - 20 menit setelah pemberian IM atau subkutan atau
beberapa hari setelah pemberian oral. Perubahan tingkah laku dapat dikaji, misalnya
pada pemberian tranquilizer atau rasa nyeri pasien dapat dikaji beberapa saat
saetelah pemberian anti spasmodik.
Semua langkah pemberian obat, mulai menyiapkan obat sampai mengkaji
keefektifan obat harus dicatat dan bila perlu dilaporkan pada perawat senior
atau dokter.
3. Petunjuk Pemberian Obat
·
Mencek kembali kebenaran
instruksi pengobatan yang diberikan.
·
Sebelum pemberian perawat harus
tahu tentang obat itu sendiri.
·
Pencatatan yang dilakukan
meliputi : nama pasien, obat, nama dokter, tanggal, waktu pemberian, dosis, dan
tanda tangan orang yang memberikan.
·
Kartu pengobatan biasanya
memuat nama pasien, ruangan, nomor tempat tidur, nama obat, dosis, waktu dan
cara pemberian. Juga dicantumkan tanggal instruksi diberikan.
·
Perawat harus konsentrasi pada
tugas untuk menghindari kesalahan penyiapan dan pemberian obat.
·
Lima (5) benar petunjuk
pemberian obat : benar obat, benar dosis, benar pasien, benar waktu, dan benar
cara.
·
Obat yang disiapkan harus
sesuai dengan cara pemberian.
·
Untuk mencegah kesalahan saat
penyiapan obat, perawat harus membaca lebel 3 X, sebelum mengambil dari
tempatnya, saat memberikan dan saat menyimpannya kembali.
·
Saat menyiapkan pengobatan
jangan gunakan hal berikut :
·
Obat yang tidak mempunyai nama
atau lebel.
·
Obat telah berubah warna/rusak.
·
Obat yang tetap ada endapannya
meskipun sudah dikocok sebelum digunakan.
Kembalikan obat-obat tersebut ke bagian farmasi dan tuliskan alasan
pengembaliannya.
·
Jangan kembalikan atau
pindahkan obat dari satu tempat ke tempat lainnya untuk menghindari
bercampurnya obat dan kesalahan tempat.
·
Identifikasi pasien secara
benar dan hati-hati.
·
Pasien mempunyai hak untuk
mengetahui nama obat dan cara kerjanya. Juga berhak untuk menolak pengobatan
dan alasan penolakan harus dituliskan dan dilaporkan.
·
Lakukan tindakan yang benar
sebelum pengobatan. Contoh : observasi nadi apikal sebelum pemberian digitalis
dan jangan berikan bila frekwensinya <60 X / menit.
·
Perawat harus berada di samping
pasien saat pemberian obat.
·
Berikan obat sesuai waktu yang
ditetapkan.
·
Jika pasien muntah saat
diberikan obat peroral, catat hal tersebut dan nama obatnya. Laporkan segera
kepada dokter. Biasanya dokter akan memberikan obat yang sama dengan cara yang
berbeda.
·
Tindakan khusus biasanya
dilakukan pada pemberian obat-obat tertentu.
·
Setelah pemberian obat catat di
kartu pengobatan pasien. Pencatatan meliputi waktu, nama obat, dosisi, cara
pemberian dan data lain yang berhubungan dengan pemberian obat.
·
Lihat petunjuk singkat yang
tertera dalam brosur.
·
Evaluasi keefektifan obat pada
waktu yang tepat setelah pemberian.
·
Pengobatan biasanya dihentikan
sebelum operasi dan dokter menulis instruksi baru setelah operasi.
·
Ketika pemberian obat
dihentikan sementara karena akan operasi/dilakukan tindakan diagnostik,
tuliskan alasan penghentian tersebut dengan jelas pada catatan pengobatan
pasien.
·
Kesalahan pengobatan kadang
terjadi. Bila sudah terjadi kesalahan laporkan segera sebagai
pertanggungjawaban perawat dan untuk penanganan segera. Kesalahan biasanya
dicatat dalam formulir khusus.
Jika kita mempunyai pertanyaan tentang suatu jenis obat, bertanyalah
kepada seorang farmasi, konsul dengan seorang dokter atau baca buku referensi
yang bagus tentang obat, atau bicarakan dengan teman perawat jika kita tidak
mengenal obat yang diinstruksikan. Tetapi jika instruksinya sendiri yang kurang
jelas, yakinkan dengan mengklarifikasi sumbernya yaitu dokter yang menulis
instruksi tersebut.
Sebagai contoh : Mary Dixon tergesa-gesa memberikan pengobatan pada
jam 10.00 pagi. Dia dengan sekejap mata melihat catatn pemberian obat (MAR) dan
memberitahu bahwa dokter menginstruksikan Ampicillin 500 mg untuk Tuan Stone.
Ampicillin tidak ada di laci obat Tuan Stone. Jadi dia (Mary) mengambilnya dari
laci persediaan. Malangnya instruksi dokter yang disalin di dalam MAR tidak
benar/salah. Dokter sebenarnya ,menginstruksikan Amoxicillin bukan Ampicillin.
Itulah sebabnya mengapa banyak rumah sakit menentukan/mengharuskan
perawat dinas malam mencek 2 X MAR dengan instruksi yang asli. Bila obat tidak
ditemukan di laci obat pasien, Mary seharusnya melakukan pengecekkan 2 X.
No comments :
Post a Comment